Pernikahan adalah sebuah perjalanan dari dua pribadi yang serba berbeda menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, oleh sebab itu sangatlah penting bagi para pasangan yang akan menikah untuk mempersiapkan pernikahannya bukan saja pernikahan secara jasmani, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan emosi dan mental supaya apabila ada badai konflik yang akan menerap pernikahannya kelak dapat diatasi mengecap kebahagiaan dalam pernikahannya.
Kita tahu bahwa di dalam arena peperangan, ranjau seringkali dipasang untuk menaklukkan musuh atau lawannya, setiap prajurit yang diutus harus selalu berhati-hati melewati wilayah tersebut agar terhindar dari ranjau yang akan dapat memusnahkan bukan dirinya sendiri saja tetapi juga lingkungan yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu kita harus membahas dan mempelajari ranjau-ranjau apa saja yang bisa ada di dalam hubungan pernikahan kita, supaya kita bisa melakukan tindakan antisipasi sebelum berada di dalamnya.
Ranjau komunikasi. Di dalam sebuah komunikasi ada pihak yang mengutarakan sesuatu lalu ada pihak yang menimpali, menyetujui, menyatakan keberatan atau tidak setuju dan lain-lain, yang artinya melibatkan juga emosi dari setiap pribadi. Pertukaran ide atau emosi ini melibatkan lebih dari satu pihak. Begitulah seharusnya komunikasi di dalam pernikahan, keluarga, dalam membangun hubungan atau pekerjaan sekali pun harus terjadi pertukaran ide dan informasi. Tetapi seringkali banyak terjadi dalam pernikahan komunikasi merupakan suatu ranjau, yang dilakukan hanya sepihak, ada pihak yang tidak berani bicara dengan alasan untuk menghindari konflik-percuma saja bicara masalah juga tidak akan selesai, atau nanti kalau bicara ujung-ujungnya ribut. Banyak komunikasi didalam pernikahan hanya sepihak yaitu bentuknya instruksi, perintah dan bukan merupakan pertukaran. Padahal kita tahu bahwa konflik banyak terjadi karena masalah komunikasi.
Gengsi atau egois. Merupakan salah satu bentuk sifat emosi yang menjadi ranjau di dalam pernikahan. Dapat dikatakan bahwa ranjau gengsi dan egois ini dapat menyebabkan pernikahan maupun individu yang ada disekelilingnya lelah dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka, karena sifat ini hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri saja. Seseorang yang memiliki sifat egois maunya hanya dimengerti dan menerima saja, biasanya individu tersebut sulit untuk memahami orang lain, orang yang egois kurang pandai menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Seseorang bisa menjadi egois karena ada pengaruh temperamen kepribadian, bisa juga terbentuk karena pola asuh dan latar belakang. Sifat egois mungkin tidak akan terlalu menjadi masalah ketika awal-awal dalam sebuah hubungan, yang biasanya masih disebut masa bulan madu. Biasanya antar pasangan masih melihat semua hal-hal yang baik dan positif dari pasangannya, keegoisan seseorang masih terasa bagaikan sebuah kemanjaan untuk selalu diperhatikan, tetapi egois atau gengsi ini akan menjadi sebuah ranjau yang mematikan ketika pasangan sudah memasuki pernikahan. Bisakah sifat ini diperbaiki? Tentu bisa asal ada kerja sama, kesadaran dan keinginan dari masing-masing pribadi.
Sexs. Salah satu alasan orang ingin menikah adalah untuk memenuhi kebutuhan sexsnya, yaitu dapat melakukan hal yang satu ini tanpa ada rasa berdosa, sebenarnya ini adalah alasan yang tidak kuat atau tidak benar bahwa alasan menikah adalah agar kebutuhan sexsnya dapat terpenuhi, akibatnya jika salah satu pasangannya sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan yang satu ini, seringkali akhirnya jatuh ke dalam perselingkuhan. Sexs merupakan bagian dalam sebuah pernikahan dan komunikasi tingkat dasar antara suami dan istri. Kebutuhan dan fantasi sexs yang tidak terpenuhi akan membuka celah-celah kesempatan untuk berselingkuh, jadi sebenarnya kemampuan komunikasi antara suami istri adalah hal sexs juga akan menentukan apakah pasangan tersebut dapat keluar dari ranjau yang satu ini di dalam pernikahannya.
Ekonomi. Zaman dahulu setiap orang yang mau menikah cukup bermodalkan cinta saja, tetapi rupanya hal ini sudah tidak sesuai lagi untuk masa kini, banyak orang bilang cinta saja sudah tidak cukup, harus punya uang juga. Setiap kita pasti membutuhkan uang. Mitos yang salah di sisi lainnya menganggap bahwa asal memiliki banyak uang maka kita gampang untuk mencari pasangan, benarkah demikian ? Ternyata ekonomi bukanlah jaminan kebahagiaan pernikahan, tetapi keluarga yang berkualitas juga harus mampu mengelola keuangan keluarganya. Oleh sebab itu semakin baik pasangan mengelola sistem keuangan semakin terhindar dari ranjau ekonomi dalam pernikahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan dishare kalau artikel ini bermanfaat atau menarik menurut Anda. Berkomentarlah yang baik dan sopan.
NO SARA, NO SPAM, NO PO*NO
ATAU
INGN TUKAR LINK